TUGAS SEJARAH INDONESIA
“BIOGRAFI KH A. WAHID HASYIM”
Kata Pengantar
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah
SWT, berkat rahmat dan karunia-Nya, penulis bisa menyelesaikan makalah
sederhana yang berjudul “Biografi KH A. Wahid Hasyim”. Penulis juga berterima kasih
kepada orangtua yang telah memberikan dukungan materi, dan kepada guru Sejarah Indonesia yang telah memberikan
ilmu yang sangat bermanfaat serta kepada semua pihak yang telah membantu untuk
menyelesaikan makalah sederhana ini.
Dikarenakan
Bapak guru memberikan tugas membuat biografi tentang tokoh pergerakan 1908-1945
. Maka penulis tertarik untuk
mengangkat biografi KH A. Wahid Hasyim menjadi sebuah makalah sederhana.
Dengan adanya makalah
sederhana ini penulis berharap pembaca dapat mengetahui dan
memahami tentang peran Wahid
Hasyim dalam menegakkan Islam dan kemerdekaan Indonesia, demi masa depan yang lebih baik.
Penulis menyadari bahwa makalah sederhana ini masih perlu ditingkatkan mutunya.
Oleh karena itu, saran dan kritik sangat penulis harapkan.
Penulis
BAB I
Pendahuluan
I.1 Latar Belakang
Nama KH. A. Wahid Hasyim mungkin kurang begitu
populer di telinga orang awam. Bandingkan dengan putranya Abdurrahman Wahid,
atau yang akrab disapa Gus Dur. Sosoknya telah dikenal luas di kalangan
masyarakat. Namun peran seorang KH. A. Wahid Hasyim dalam sejarah
perjalanan bangsa Indonesia tak bisa dianggap remeh. Ia adalah salah satu
anggota Panitia Sembilan yang ikut merumuskan Pancasila. Bersama para tokoh
nasional lain ia turut serta mewujudkan kemerdekaan Indonesia. Terobosan yang
ia buat tersebar dalam berbagai bidang mulai dari politik sampai soal
pendidikan.
KH. A. Wahid Hasyim merupakan seorang
intelektual. Ia adalah putra dari KH. Hasyim Asy’ari, pendiri dan pengasuh
Pesantren Tebuireng, Jombang. Walaupun dibesarkan di lingkungan pesantren,
namun pemikirannya sangat revolusioner. Ia tidak terkukung dalam keterbatasan
pemahaman tentang Islam. Dirinya tetap menjunjung tinggi asas-asas demokrasi
kebangsaan Indonesia. Wahid Hasjim adalah salah satu putra bangsa yang turut
mengukir sejarah negeri ini pada masa awal kemerdekaan Republik Indonesia.
Sebagaimana pahlawan bangsa lainnya, kita harus menghormati dan
mengangkat nilai perjuangannya. Demikian juga untuk Kiai Wahid, karena ada
nilai kejuangan dan peran menonjol dari dirinya untuk kemerdekaan, sebagai
tokoh brilian yang progresif bahkan memberi nilai baru pada Departemen Agama.
BAB II
Pembahasan
II.1 Biografi Tokoh
Kiai Haji Abdul Wahid
Hasjim adalah pahlawan nasional, salah seorang anggota BPUPKI dan perumus
Pancasila .Wahid Hasjim lahir dari
buah kasih KH. M. Hasyim Asy’ari-Nyai Nafiqah binti Kiai Ilyas (Madiun) pada
pagi Jum’at legi, 5 Rabi’ul Awal 1333 H./1 Juni 1914 M. Ayahandanya semula
memberinya nama Muhammad Asy’ari, diambil dari nama kakeknya. Namun, namanya
kemudian diganti menjadi Abdul Wahid, diambil dari nama datuknya. Dia anak
kelima dan anak laki-laki pertama dari 10 bersaudara.
Masa kecilnya diisi dengan pengasuhan di
Madrasah Tebuireng hingga usi 12 tahun. Sejak kecil sudah hobi membaca dan giat
memelajari ilmu-ilmu kesustraan dan budaya Arab secara outodidak. Dia hafal
banyak syair Arab yang kemudian disusun menjadi sebuah buku.
Usia 13 tahun, ia sempat mondok dan belajar di Pondok
Siwalan, Panji, Sidoarjo, selama 25 hari, mulai awal Ramadhan hingga tanggal 25
Ramadhan. Kemudian pindah ke Pesantren Lirboyo, Kediri, sebuah pesantren yang
didirikan oleh KH. Abdul Karim, teman dan sekaligus murid ayahnya.
Kemudian, pada usia 15 tahun, ia kembali ke
Tebuireng dan baru mengenal huruf latin. Setelah mengenal huruf latin, semangat
belajarnya semakin bertambah. Ia belajar ilmu bumi, bahasa asing, matematika,
dll. JUga rajin membaca koran dan majalah, baik yang berbahasa Indonesia maupun
Arab.Ia pun mulai belajar Bahasa Arab dan Belanda ketika berlangganan majalah
tiga bahasa, ”Sumber Pengetahuan” Bandung. Setelah itu belajar Bahasa Inggris.
Ketika umurnya
baru 18 tahun, pada tahun 1932, Abdul Wahid pergi ke tanah suci Mekkah bersama
sepupunya, Muhammad Ilyas. Mereka berdua, selain menjalankan ibadah haji, juga
memperdalam ilmu pengetahuan seperti nahwu, shorof, fiqh, tafsir, dan hadis. Ia
menetap di tanah suci selama 2 tahun.
II.2 Peran Tokoh
Sepulang dari tanah suci, ia membantu ayahnya mengajar di
pesantren. Juga giat terjun ke tengah-tengah masyarakat. Pada usianya baru
menginjak 20-an tahun, Kiai Wahid sudah membantu ayahnya menyusun kurikulum
pesantren, menulis surat balasan dari para ulama atas nama ayahnya dalam Bahasa
Arab, mewakili sang ayah dalam berbagai pertemuan dengan para tokoh.
Dia pun melakukan
terobosan-terobosan besar di Tebuireng. Dia mengusulkan untuk merubah sistem
klasikal dengan sistem tutorial, serta memasukkan materi pelajaran umum ke
pesantren. Namun, usul ini ditolak oleh ayahnya, karena khawatir akan
menimbulkan masalah antar sesama pimpinan pesantren. Tetapi kemudian pada tahun
1935, usulannya tentang pendirian Madrasah Nidzamiyah, dimana 70 persen
kurikulum berisi materi pelajaran umum, diterima oleh sang ayah.
.Ayahanda Abdurrahman Wahid ini menjabat Menteri Agama
tiga kabinet (Kabinet Hatta, Kabinet Natsir dan Kabinet Sukiman). Mantan Ketua Tanfidiyyah PBNU
(1948) dan Pemimpin dan pengasuh kedua Pesantren Tebuireng (1947 – 1950) ini,
merupakan reformis dunia pendidikan pesantren dan pendidikan Islam Indonesia.
Ia dikenal juga sebagai pendiri IAIN (sekarang UIN).
Pada tahun 1939,
ia ikut berperan pada saat NU menjadi anggota MIAI (Majelis Islam A’la
Indonesia), sebuah badan federasi partai dan ormas Islam di zaman pendudukan
Belanda. Pada 24 Oktober 1943 ia terpilih menjadi Ketua Majelis Syuro Muslimin
Indonesia (Masyumi) sebuah organisasi menggantikan MIAI.
Saat pemimpin
Masyumi ia merintis pembentukan Barisan Hizbullah yang aktif membantu
perjuangan umat Islam mewujudkan kemerdekaan. Tahun 1944, ia ikut mendirikan
Sekolah Tinggi Islam (UIN) di Jakarta yang pengasuhannya ditangani oleh KH. A.
Kahar Muzakkir. Tahun 1945 ia pun menjadi anggota BPUPKI dan PPKI.
Abdul Wahid tidak
pernah mengenyam pendidikan di sekolah pemerintah kolonial. Meskipun begitu,
pada usia 15 tahun, ia sudah mengenal huruf latin dan menguasai bahasa Inggris
dan Belanda. Saat berusia 18 tahun, ia berangkat ke Mekkah untuk menunaikan
ibadah haji dan memperdalam ilmu agama. Di tanah suci, ia belajar selama dua
tahun. Sepulang dari Mekkah, ia banyak menerima tawaran untuk aktif di
perhimpunan atau organisasi pergerakan. Akhirnya, ia memutuskan untuk bergabung
bersama Nahdlatul Ulama. Pada tahun 1938, ia menjadi pengurus NU ranting Cukir.
Beberapa waktu kemudian, ia dipercaya menjadi ketua NU Jombang. Pada tahun
1940, HBNO mengesahkan Departemen Ma’arif (pendidikan) untuk dipimpin olehnya.
Inilah awal keterlibatan Abdul Wahid Hasyim dalam kepengurusan NU di tingkat
pusat (PBNU).
Meskipun dikenal sebagai pemimpin
nasional yang berpikiran maju, K. H. Abdul Wahid Hasyim tetap memiliki sifat
tawadhu. Hal itu, bisa dilihat ketika berbicara dengan sang ayah, K. H. Hasyim
Asy’ari. Ia selalu berbicara dengan bahasa kromo inggil (Jawa halus). Padahal,
ayahnya mengajak bicara dalam bahasa Arab. Salah satu kegemarannya adalah
berkirim surat. Surat-surat itu umumnya berisi pandangan politik, arah
perjuangan, dan cita-cita. Segalanya ditulis dalam bahasa menarik, lancar, dan
dibumbui dengan humor segar.
Musibah di Cimindi,Hari itu,
Sabtu 18 April 1953, Kiai Wahid bermaksud pergi ke Sumedang untuk menghadiri
rapat NU. Kiai Wahid ditemani tiga orang, yakni sopirnya, rekannya Argo
Sutjipto, dan putera sulungnya (Gus Dur). Kiai Wahid duduk di jok belakang
bersama Argo Sutjipto. Daerah di sekitar Cimahi waktu itu diguyur hujan lebat
jalan menjadi licin. Lalu lintas cukup ramai.
Sekitar pukul 13.00, ketika memasuki Cimindi, mobil yang ditumpangi
Kiai Wahid selip dan sopirnya tidak bisa menguasai kendaraan. Dari arah depan, sebuah truk yang melaju kencang
terpaksa berhenti begitu melihat ada mobil zig-zag. Karena mobil Chevrolet itu
melaju cukup kencang, bagian belakangnya membentur badan truk dengan kerasnya.
Ketika terjadi benturan, Kiai Wahid dan Argo Sutjipto terlempar ke bawah truk
yang sudah berhenti itu. Keduanya luka parah. Kiai Wahid terluka bagian kening,
mata, pipi, dan bagian lehernya. Sedangkan sang sopir dan Gus Dur tidak cedera
sedikit pun. Mobilnya hanya rusak bagian belakang dan masih bisa berjalan
seperti semula.
Kemudian mereka dibawa ke
Rumah Sakit Boromeus Bandung. Sejak mengalami kecelakaan, keduanya tidak
sadarkan diri. Keesokan harinya, Ahad, 19 April 1953 pukul 10.30, KH. Abdul
Wahid Hasyim dipanggil ke hadirat Allah Swt. dalam usia 39 tahun kemudian, tepatnya pukul 18.00 Argo Sutjipto menyusul
menghadap Sang Khalik.
Jenazah Kiai Wahid kemudian dibawa ke Jakarta, lalu diterbangkan ke
Surabaya, dan selanjutnya dibawa ke Jombang untuk disemayamkan di pemakaman
keluarga Pesantren Tebuireng. Atas jasa-jasanya beliau juga dianugerahi gelar
Pahlawan Nasional oleh pemerintah.
II.3 Peran Pemuda di Indonesia
Masa depan Bangsa
Indonesia sangatlah ditentukan oleh para generasi muda Bangsa ini. Kaum Muda
Indonesia adalah masa depan Bangsa ini. Karena itu, setiap pemuda Indonesia,
baik yang masih berstatus pelajar, mahasiswa ataupun yang sudah menyelesaikan
pendidikannya merupakan factor-faktor penting yang sangat diandalkan oleh
Bangsa Indonesia dalam mewujudkan cita-cita bangsa dan juga mempertahankan
kedaulatan Bangsa.
Dalam upaya mewujudkan
cita-cita dan mempertahankan kedaultan bangsa ini tentu akan menghadapi banyak
permasalahan, hambatan, rintangan dan bahkan ancaman yang harus dihadapi.
Masalah-masalah yang harus dihadapi itu beraneka ragam. Banyak masalah yang
timbul sebagai warisan masa lalu, masalah yang timbul sekarang maupun masalah
yang timbul di masa depan negara kita.
Dengan masalah-masalah
yang sudah ada maupun yang akan datang, penting bagi rakyat Indonesia, terutama
kaum pemuda dan mahasiswa untuk membiasakan diri dalam meningkatkan dan
memperbaiki produktifitas kita sebagai Bangsa Indonesia
I.PERANAN PEMUDA DAN MAHASISWA DALAM KEMAJUAN
BANGSA (ERA DAHULU)
Di era Reformasi, para
pemuda khususnya mahasiswa selalu berperan dalam perubahan negeri ini. Berbagai
peristiwa besar identik dengan peran pemuda dan mahasiwa didalamnya.
Dalam sejarah
perjuangan Bangsa Indonesia, gerakan pemuda dan mahasiswa sering menjadi tombak
perjuangan nasional. Beberapa Gerakan pemuda dan Mahasiswa yang dicatat di
dalam sejarah adalah sebagai berikut :
1.Budi
Utomo
2.Sumpah
Pemuda
3.Perhimpunan
Indonesia
4.Peristiwa
Rengasdengklok
Gerakan perjuangan
pemuda dan mahasiswa sebagai control pemerintahan dan control social terus
berkembang pesat, hingga terjadi Tragedi Trisakti yang merupakan gerakan
perjuangan pemuda dan mahasiswa. Gerakan ini menuntut reformasi perubahan
pemerintahan yang KKN ( korupsi, kolusi dan Nepotisme ) dan memaksa Presiden
Soeharto untuk turun dari jabatannya sebagai Presiden Republik Indonesia.
Sejarah panjang gerakan
pemuda dan mahasiswa merupakan salah satu bukti eksistensi dan tanggung jawab
sebagai rakyat Indonesia dalam memberikan perubahan dan memperjuangkan
kepentingan rakyat Indonesia.
II. PERANAN PEMUDA DAN MAHASISWA DALAM
KEMAJUAN BANGSA (ERA SEKARANG)
Generasi muda adalah
generasi harapan bangsa. Pernyataan ini akan sangat membanggakan bagi
masyarakat Indonesia apabila dapat menjadi kenyataan. Akan tetapi, faktanya
membuktikan bahwa generasi muda di Indonesia saat ini cenderung mengkhawatirkan
perilakunya bagi kelanjutan masa depan bangsa ini.
Hal ini dapat dilihat
dari banyaknya kasus yang terjadi pada generasi muda antara lain kasus narkoba,
kejahatan, pergaulan bebas dan lain sebagainya. Peranan pemuda dan mahasiswa
tentunya masih sangat diperlukan untuk regenerasi dalam mewujudkan dan melanjutkan
cita-cita bangsa ini yang telah diperjuangkan oleh para pahlawan terdahulu.
Peranan pemuda dan
mahasiwa terlihat sudah mulai terarah ke gerakan pemuda dan mahasiswa pada
zaman reformasi. Bisa kita lihat pada peristiwa Kenaikan BBM kemarin. Unjuk
rasa pemuda dan mahasiswa terlihat anarkis. Jika Kenaikan Harga BBM benar-benar
terjadi, bisa saja unjuk rasa pemuda dan mahasiswa menjadi unjuk rasa
besar-besaran, seperti Tragedi Trisakti pada zaman reformasi.
Dilihat dari segi
positifnya, peranan pemuda terhadap kemajuan bangsa sudah membaik, misalnya
dengan memenangkan kompetisi antar negara. Dengan pemuda menjadi pemenang atau
hanya berpartisipasi, itu sudah menjadi peranan dalam kemauan bangsa.
Jadi,menurut pendapat saya,peran
pemuda sangatlah penting bagi kemajuan bangsa dan negara,seperti halnya pemuda
di zaman sebelum reformasi.Banyak pemuda yang menuangkan ide-ide segar dalam
membantu kemerdekaan indonesia dan kebanyakan pemuda berfikiran selangkah lebih
maju dan lebih modern dari pada orang-orang yang sudah tua.Tanpa peran pemuda
mungkin suatu negara akan terbelakang karena tidak adanya pembaharuan.Oleh
sebab itu sebaiknya suatu negara
menghargai ide-ide para pemuda.
Namun seiring perkembangan zaman
generasi muda kita saat ini mengalami krisis mental.Pengaruh bangsa barat
sangat terlihat pada generasi muda masa kini,minum-minuman keras,pelecehan
seksual dan narkoba sudah menjadi hal biasa di kalangan pemuda.Bahkan mereka
merasa bangga memakai produk luar negeri,memang kebanyakan produk di indonesia
masih kalah jauh kualitasnya dari produk luar,tetapi sebaiknya kita sebagai
generasi muda berusaha mencintai produk lokal dan melakukan inovasi terhadap
produk dalam negri agar dapat bersaing dengan produk luar.Kurangnya kesadaran generasi muda saat inilah
yang sangat di sayangkan.Jadi sebagai generasi muda marilah kita berpikir positif tentang kemajuan bangsa dan
menuangkan inovasi,kreativitas dan semangat juang yang tinggi dalam memajukan
negara yang kita cintai ini, INDONESIA
BAB III
PENUTUP
III.1 Kesimpulan
Wahid Hasjim adalah salah satu putra bangsa
yang turut mengukir sejarah negeri ini pada masa awal kemerdekaan Republik
Indonesia.Namun ironisnya, sebagai tokoh
besar yang lahir dari seorang tokoh besar (hadratus syaikh Hasyim Asy’ari) dan
melahirkan tokoh besar (Abdurrahman “Gus Dur” Wahid) dengan peran dan
kontribusinya yang sangat penting bagi NKRI, tak banyak yang diketahui oleh
generasi bangsa saat ini tentang Wahid Hasyim. Selain karena wafat dalam usia
relatif muda, 39 tahun, juga tidak banyak karya dan pemikiran Wahid yang
terdokumentasi dan terpublikasi dengan baik.
BAB IV
DAFTAR PUSTAKA
http://almahabbah89.wordpress.com/2010/10/24/biografi-k-h-abdul-wahid-hasyim/
http://gunawank.wordpress.com/2011/05/11/biografi-kh-a-wahid-hasyim/
http://kelompok8rear.blogspot.com/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar