Kota Tua Jakarta
Sejarah
Kota Tua adalah sebuah
wilayah kecil di Jakarta yang tepatnya melintasi Jakarta Utara dan Jakarta
Barat. Kota Tua dijuluki "Permata Asia" dan "Ratu dari
Timur" oleh pelayar Eropa. Oleh para pedagang Eropa, Jakarta dianggap
sebagai pusat perdagangan benua Asia karena lokasinya yang strategis.
Nama resmi tertua dari
Kota Jakarta yaitu Sunda Kalapa. Nama ini muncul pada abad ke-10. Setelah itu
muncullah kerajaan Padjadjaran. Bersamaan dengan perkembangan kerajaan Padjadjaran, datanglah Bangsa Eropa
pertama yang berhasil menginjakkan kaki di Sunda Kalapa yaitu Portugis. Bangsa
Portugis sangat tertarik dengan rempah-rempah yang ada di Sunda Kelapa. Akhirnya
Portugis membuat perjanjian untuk membuat benteng perdagangan di Sunda Kelapa
dengan Prabu Surawisesa.
Seiring
berjalannya waktu, terjadi perkembangan yang signifikan terhadap kekuasaan
Portugis di Sunda Kalapa. Melihat perkembangan kekuasaan Portugis yang begitu
pesat, Kerajaan Demakpun merasa geram. Kerajaan Demak dibantu oleh Kerajaan
Cirebon akhirnya melakukan penyerangan terhadap Sunda Kalapa di bawah pimpinan
Pangeran Fatahilah. Dalam
serangan tersebut Portugis berhasil dikalahkan dan Sunda Kalapa berhasil
direbut dari kekuasaan Portugis. Jatuhnya Sunda Kalapa ke
tangan Pangeran Fatahilah menandai berubahnya nama Sunda Kalapa menjadi
Jayakarta.
Bangsa
Eropa kedua yang berhasil singgah di Jayakarta adalah Belanda dibawah pimpinan
Cornelis De Houtman. Beberapa tahun kemudian, Belanda merebut Jayakarta dari
Pangeran Fatahillah Kota ini lalu dihancurkan oleh VOC dan dibangunlah kota
baru yang dinamakan Batavia. Kota Batavia dibangun lengkap dengan segala
prasarana, mulai dari Bank Java (Saat ini Bank Indonesia), kantor gubernur VOC
sampai pelabuhan VOC lengkap dengan kanal-kanal dan gaya arsitektur Belanda di
zaman itu.
Kawasan
Kota Tua merupakan area yang masih terasa kekhasannya hingga saat ini. Namun
beberapa bangunan tua terlihat kurang diperhatikan, namun beberapa diantaranya
masih berfungsi dengan baik, seperti Museum Wayang, Bekas Kantor Gubernur, Museum
Keramik dan beberapa bangunan tua disana.
Bangunan Tua yang Menarik
1. Dasaad
Musin
![]() | |
Gambar Gedung Dasaad
Musin
(Sumber: dokumen pribadi)
|
Gedung
yang berlokasi di jalan kunir kawasan Fatahillah ini dulunya adalah kantor
miliki Agus Dasaad Musin, konglomerat pada jaman itu. Beliau memiliki usaha dibidang perkapalan. Usahanya ditutup saat era Orde Baru
berkuasa. Kondisi gedung ini sudah banyak yang mengalami kerusakan diantaranya
atap yang roboh dan dinding yang keropos. Dan saat ini
gedung Dassan Musin sedang direnovasi.
2. Café Batavia
![]() |
Gambar Café Batavia
(Sumber: dokumen pribadi)
|
Disekitar kawasan lapangan
fatahilah terdapat beberapa cafe yang unik. Keunikan cafe disini menawarkan suasana
sejarah di dekorasi cafe. Cafe seperti Cafe Historia, Cafe Djakarte, Cafe Bang
Kopi dan Cafe Batavia. Café Batavia Masuk
ke dalam Bangunan agar Budaya golongan C, dimana dapat dilakukan program revitalisasi
maupun adaptasi, namun arsitektur bangunan tetap dipertahankan.
3. Museum Fatahillah
![]() |
Gambar Gedung Fatahillah (Sumber: dokumen pribadi) |
Tidak jauh dari Museum
Bank Indonesia terdapat museum Fatahilah. Museum Fatahillah memiliki nama resmi Museum Sejarah Jakarta adalah sebuah museum yang terletak di
Jalan Taman Fatahillah No. 1, Jakarta Barat. Dinamakan Museum Sejarah Jakarta karena
didalam museum ini terdapat banyak sekali peninggalan zaman dahulu yang
berkaitan dengan sejarah jakarta, termasuk didalamnya ada beberapa prasasti dan
penjara bawah tanah.
Gedung ini dulu merupakan Balai Kota Batavia VOC
yang dibangun atas perintah Gubernur Jendral Johan van Hoorn. Sebelum menjadi museum, gedung ini dulunya
juga menjadi kantor gubernur Ali Sadikin. Namun pada tanggal 30 Maret 1974 dijadikan museum
dan langsung diresmikan oleh Ali Sadikin sendiri.
4. Museum Wayang
![]() |
Gambar Museum Wayang
(Sumber: dokumen pribadi)
|
Museum Wayang memamerkan berbagai
jenis dan bentuk wayang dari seluruh Indonesia, baik yang terbuat dari kayu dan
kulit maupun bahan-bahan lain. Umumnya boneka yang dikoleksi di museum ini
adalah boneka-boneka yang berasal dari Eropa meskipun ada juga yang berasal
dari beberapa negara non-Eropa seperti Thailand, Suriname, Tiongkok, Vietnam,
India dan Kolombia. Selain itu secara periodik disenggelarakan juga pagelaran wayang
pada minggu 2 dan ke 3 setiap bulannya.
Kegiatan ketika
di Kota Tua
![]() |
Gambar Sepeda Onthel
(Sumber: dokumen pribadi)
|
Adapun beberapa kegiatan yang ada disekitar kawasan ini
antara lain seperti pedagang kaki lima yang menjajakan barang atau jasa seperti
penyewaan sepeda ontel. Untuk penyewaan sepeda ontel merupakan daya tarik yang
sangat kuat karena sudah jarang sepeda ini dapat dilihat dan disini kita bisa
menyewanya untuk berputar-putar dikawasan ini. Biasanya pengunjung juga mengabadikan momen dengan latar belakang gedung-gedung bersejarah yang ada di Kota Tua. Di sekeliling kawasan kota tua juga terdapat banyak bangku kecil yang berguna bagi pengunjung yang ingin istirahat. Untuk melengkapi kegiatan ada
juga beberapa pedagang kaki lima yang menjajakan makanan, convenience store,
juga kafe.
![]() |
Gambar Meriam si Jagur
(Sumber: dokumen pribadi)
|
Selain itu ada
banyak meriam yang ada di lapangan fatahilah, beberapa diantaranya terdapat
didepan kiri dan kanan museum fatahilah. Namun terdapat satu meriam unik yang
menyendiri. Berada diujung depan Museum Fatahilah, letaknya lebih dekat dengan
Cafe Batavia (disisi kiri). Meriam ini dinamakan si Jagur,
merupakan meriam yang dibuat di Macao untuk memperkuat benteng Portugis di
Malaka.
Sumber:
https://danikamalia.blogspot.co.id/2016/06/konservasi-arsitektur_14.html
http://www.jeforah.org/jakarta-kota-tua
https://id.wikipedia.org/wiki/Kota_Tua_Jakarta
https://www.thetripcorner.com/kota-tua-jakarta/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar